Jika sekali waktu Anda berkunjung ke kawasan Jawa Tengah bagian selatan, terutama daerah Purworejo hingga Kebumen, akan Anda jumpai rumah-rumah tradisional khas Kedu selatan yang usianya di atas 50 tahun-an.
“Sebelum digunakan untuk bangunan, kayu-kayu tersebut direndam di kolam terlebih dahulu selama hampir dua bulan. Cara seperti itu sudah biasa dilakukan hingga kini,” jelas Suatmaji (51 th) warga Karangyoso, Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah.
Tujuan pengawetan itu sendiri agar kayu tak mudah rusak, terutama oleh serangan hama kayu seperti bubuk, teter, rayap, bubuk (jamur), dan lain-lain. Pengawetan
Cara Mengawetkan Kayu
Pengawetan kayu bertujuan untuk menambah umur pakai agar lebih lama, terutama jenis yang digunakan untuk konstruksi bangunan serta perabot rumah tangga.
Berikut ini adalah teknik pengawetan kayu yang sering dilakukan oleh masyarakat, yaitu:
1. Merendam Kayu di Sungai
Merendam kayu balok maupun kayu gelondongan di sungai merupakan cara mudah mengawetkan dan meningkatkan kualitas kayu. Tujuan dari perendaman ini adalah agar kayu menyerap air sehingga memicu keluarnya zat ekstraktif yang larut air, seperti nitrogen, glukosida, tanan dan zat warna kayu. Sedangkan zat ekstraktif yang tidak larut air seperti pati tetap ada di dalam pori-pori kayu.
Zat ekstraktif yang larut tersebut mempengaruhi kondisi air di sekitar kayu. Mikroba seperti Bacillus subtilis, Bacillus masentriricus, Lactobacillus sp., dan Staphylococcus sp. akan berkembang dan mengurai zat ekstraktif kayu yang tidak terlarut sehingga lambat laun akan ikut terlarut. Proses ini dikenal dengan nama fermentasi berantai.
Proses fermentasi berantai ini menghasilkan asam organik, gas dan alkohol serta menurunkan kadar air di dalam kayu. Selain itu, kandungan pati kayu yang menjadi sumber makanan perusak seperti rayap juga akan menurun karena larut ke dalam air. Hasilnya adalah ketahanan kayu meningkat karena berkurangnya minat serangga perusak untuk memakan kayu.
2. Merendam Kayu di Kolam
Perendaman kayu di dalam kolam dengan tambahan bahan-bahan alami juga dapat mengawetkan kayu. Pelepah pisang, daun tembakau, merang padi, serta bunga cengkeh adalah bahan alami yang biasanya digunakan. Proses perendaman umumnya memakan waktu 2 hingga 3 bulan untuk mencapai hasil maksimal.
Sebelum kayu direndam, kayu harus dicuci selama 7 hari berturut-turut. Air yang digunakan untuk mencuci merupakan campuran 1 liter air dengan 10 gram tembakau, 10 gram cengkih, dan 10 gram pelepah pisang. Air campurtan tersebut digosok ke seluruh permukaan kayu kemudian keringkan menggunakan kain lap.
Setelah pencucian selama 7 hari, kayu kemudian direndam ke dalam kolam dan ditambahkan bahan-bahan alami. Setelah proses perendaman selama 2 hingga 3 bulan selesai, kayu harus dikeringkan terlebih dahulu menjemurnya dibawah tempat teduh.
3. Campuran Oli & Solar atau Oli & Minyak Tanah
Oli bekas juga dapat digunakan untuk mengawetkan kayu dan memperpanjang usia pakainya. Caranya adalah dengan membuat cairan dari campuran oli dan solar dengan perbandingan 1:1.
Oleskan cairan tersebut pada permukaan kayu secara merata menggunakan kuas. Selanjutnya biarkan selama beberapa hari agar cairan meresap dan mengering secara alami.
Agar mendapat hasil maksimal, sebelum kayu digunakan untuk konstruksi bangunan maka dapat diolesi kembali dengan cairan oli dan solar dengan perbandingan 1:2. Jika kayu akan diserut, maka pengolesan dilakukan setelah kayu diserut.
Bahan-pengawet sederhana yang kerap digunakan masyarakat pedesaan misalnya oli bekas, minyak tanah yang diramu urea dan juga campuran ampas kelapa dengan cuka.
4. Teknik Pengasapan Kayu
Metode pengasapan belum terlalu banyak dilakukan oleh masayarakat untuk mengawetkan kayu. Mengasapi kayu dilakukan selama 3 hari agar kualitas kayu meningkat. Jenis kayu yang biasanya diasapi adalah kayu sengon dan pulai menggunakan bahan bakar kayu mangiun.
Pengasapan sederhana sering dilakukan warga pedesaan dengan cara menempatkan batangan kayu, yang akan digunakan untuk bahan bangunan atau mebel, di atas tungku masak di dapur yang bahan bakarnya menggunakan kayu bakar.
Kayu yang terkena asap secara langsung dan rutin selama jangka waktu tertentu dipastikan tahan rayap, bubuk, jamur atau lapuk, maupun serangga kayu lainnya.
Bukti keampuhan pengawetan ini bisa dilihat pada kayu, baik kasau, reng, maupun tulangan yang ada di bagian dapur yang terletak persis diatas tungku.
Karena sering terkena asap saat memasak, maka bagian tersebut akan lebih awet dibanding lainnya. Teknik pengasapan cocok untuk semua jenis kayu.
Namun melakukan pengawetan kayu
5. Mengecat Kayu
Melapisi kayu dengan cat merupakan cara paling mudah untuk membuat kayu menjadi awet. Cat yang digunakan dapat berupa cat kayu, cat minyak dan pelitur. Namun hasil keawetan menggunakan cara pengecatan kayu tidak seawet teknik-teknik lainnya.
6. Pengawetan Kayu Dengan Vakum
Biasanya cara pengawetan kayu dengan sistem vakum dilakukan oleh perusahaan kayu skala besar. Kelebihan metode ini adalah penetrasi dan retensi bahan pengawet yang sangat tinggi, proses kerja yang cepat dan dapat diaplikasikan pada kayu basah maupun kering. Akan tetapi cara ini juga memiliki kelemahan, yakni diperlukan biaya mahal serta tingkat ketelitian kerja yang tinggi.