Munzir Baraqah
Kesehatan adalah investasi termahal, karena bila sudah sakit maka semuanya tidak bisa dilakukan. Orang tidak bisa bekerja, tidak bisa berkarya & tentu saja tidak produktif. Mengutip data Bank Dunia, jumlah hari tidak produktif yg terjadi karena sakit atau mati sebelum usia rata-rata harapan hidup (DALY) pada tahun 2001 akibat penyakit Diare pada laki-laki & perempuan indonesia mencapai sekitar 5 jt/thn, sementara akibat penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai sekitar 6 jt/thn nya.
Angka DALY yang sangat tinggi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh kian rendahnya kualitas kesehatan lingkungan seperti: air bersih & jamban, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing & bahan kimia, penanganan sampah & limbah yg belum memenuhi syarat kesehatan. Perilaku masyarakat juga belum mendukung kearah pola hidup bersih & sehat .
Argumen sederhana, kalau 1 hari kerja diasumsikan bernilai sama dengan upah minimum thn 20001 sebesar 5 rb rupiah, maka nilai uang yg diselamatkan akibat hari sakit adalah sekitar Rp 7,6 T (dengan asumÃs DALY 5 jt/thn). Kalau diasumsikan penduduk usia produktif & secara nyata aktif bekerja adalah 30% maka nilai yg diselamatkan sekitar 2 T rupiah lebih. Hitungan ini belum lagi mencakup uang yg di keluarkan seseorang untuk beli obat & opname.
Dikalangan pakar, kesehatan tidak bisa dilepaskan dari aspek lingkungan. Para ahli sepakat, bahwa kontribusi terbesar tercipta nya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan sekitar. Penelitian menyebutkan adanya korelasi yg sangat kuat antara kualitas kesehatan lingkungan dengan kejadian penyakit menular, maupun penurunan produktivitas kerja. Pentingnya peranan kesehatan lingkungan bagi kesehatan manusia atau kualitas SDM secara umum.
Kontribusi lingkungan sekitar terhadap taraf kesehatan pun semakin penting setelah penelitian dari para ahli IPB menunjukkan bahwa binatang pembawa agen penyakit, terutama nyamuk & lalat, terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Nyamuk pembawa DBD tidak cuma senang bertelur di genangan air bersih, tapi juga selokan yg kotor. Berbagai penyakit seperti demam berdarah, kaki gajah, pes & malaria terus merebak karena aspek lingkungan semakin diabaikan kualitasnya.
Lingkungan sangat dipengaruhi oleh perilaku atau gaya hidup manusia, semakin tinggi populasi & kepadatan penduduk, lingkungan cenderung semakin turun kualitasnya, kata Upik Kusumawati, peneliti parasitologi & Entimologi kesehatan IPB. Lingkungan dipengaruhi oleh perilaku atau gaya hidup manusia, semakin tinggi populasi & kepadatan penduduk, lingkungan cenderung semakin turun kualitasnya. Perilaku manusia yg kian tidak peduli terhadap kondisi lingkungan, tentang sampah dan air limbah sehari-hari, hanya akan terus memperburuk kualitas lingkungan & kesehatan pun makin terancam. Lingkungan adalah faktor yg terparah kepadatan penduduk atau “density-dependant factor” sehingga kecenderungannya adalah makin padat suatu kawasan maka makin tinggi peluang kualitasnya menurun. Bila ingin sehat maka manusia tidak bisa mengabaikan kondisi lingkungan di sekitar mereka.