Sabtu, 26 Maret 2011

Pers Pemegang Amanat Amandemen Perdamaian


Pada saat Indonesia akan merayakan Hari Kebangkitan Nasional, salah satu harian Nasional ber oplah terbesar di Indonesia, entah sengaja atau tidak, secara global, telah melecehkan perjanjian perdamaian Helsinki yang telah dirintis berpuluh tahun yang lalu oleh pencari keadilan di Indonesia dan secara khusus telah mengkhianati perjuangan rakyat aceh yang mendambakan kedamaian abadi tanpa ingin ada pihak atau mulut-mulut bertopeng kedamaian mengoyak-ngoyak kebersamaan yang telah terjalin belakangan ini.

Dengan tajuk berjudul “Tersangka Narkoba di Thailand Bantah Mantan…” (titik-titik ini sengaja ditulis untuk tidak menyambung judul tulisan yang sebenarnya, karena akan menyebabkan kita kembali ke masa yang lalu dan akan merubah paradigma, interprestasi atau opini publik).

Setelah membaca berita tersebut, yang terpikir di benak kita apakah mantan anggota gerakan separatis di Indonesia kah? terlibat gerakan separatis salah satu agama di Thailand kah? Yang pada akhirnya, semua pertanyaan tersebut, secara tidak sadar, hanya akan mengulang kembali sisi kelabu, hitam putih sejarah menuju perdamaian dunia, dan akan semakin mengkristalkan opini yang berkembang di masyarakat kita yang sebenarnya hanya menginginkan kedamaian.

Aceh, Indonesia dan Dunia sedang menyongsong masa depan yang lebih baik, dengan menjalankan proses untuk stop memperlakukan bangsa yang satu lebih baik dari bangsa yang lain, stop menjelekkan agama yang satu dari agama yang lain, stop menjelekkan budaya yang satu dari budaya yang lain, maka proses stop untuk melaporkan berita berbau busuk tanpa terlebih dahulu melewati proses editing yang benar akan berjalan dengan kata dan kalimat yang mengalir dari hati dan nurani yg bersih.

Master Hsing Yun berkata,”lebih baik hati-hati berbicara, daripada berusaha menutupi mulut orang, dan lebih baik hati-hati berperilaku, daripada berusaha menutupi telinga orang.”. Apakah kata-kata bijak ini dapat diterapkan dan ditanamkan kesanubari para penulis, penyiar, reporter atau apapun namanya yang notabene akan dibaca dan dilihat umat manusia seantero jagad yang akan mengubah persepsi tiap orang ketika kembali melihat, mendengar dan membacanya.

Karenanya, diperlukan kebijakan dan kearifan seorang pewarta dalam menyikapi isu-isu yang berkembang di seantero jagad untuk dapat mengarahkan isu dari menjelek-jelekkan, dari berlatar belakang kemunafikan dan bersifat menzalimi menjadi bahasa penuh sejuk dan menyejukkan, mengikat erat bangsa didunia dalam kedamaian.
Selamat hari Kebangkitan Nasional.

Tidak ada komentar: