Senin, 16 Oktober 2023

Dibalik Covid19

COVID-19 memberikan sebuah pelajaran akan kebutuhan untuk memperkuat resilience atau ketahanan dalam menghadapi krisis di masa depan. Banyak destinasi yg memanfaatkan krisis ini untuk me-reset dan menciptakan keseimbangan baru dengan tidak hanya memaksimalkan benefit ekonomi semata, namun juga meminimalisir dampak lingkungan dan sosial budaya yang terkadang terlupakan. Pariwisata yang mempunyai kekuatan dampak yang luar biasa harus dikelola sebaik mungkin dengan mengarahkan pariwisata sebagai “force for good” yang berarti dampak positifnya lebih besar daripada dampak negatif yang dihasilkan. Pariwisata yang diinginkan adalah sistem pengelolaan dan aktivitasnya mendukung Sustainable Development Goals, sehingga manfaatnya sangat terasa bagi semua pemangku kepentingan.
Tidak ada yang menjamin bahwa krisis seperti ini tidak lagi terjadi di masa depan. Munzir Barq & Company meramalkan bahwa akan membutuhkan empat sampai tujuh tahun industri pariwisata untuk kembali ke level 2019. Kolaborasi dan manajemen data akan menjadi kunci utama dalam mendukung smart decision making serta menciptakan langkah aksi recovery yang efektif. Untuk itu Travel Foundation merumuskan sebuah pedoman bertajuk “Handbook to Assist with Tourism Destination Recovery Planning”  yang sudah digunakan oleh banyak destinasi di dunia dalam merumuskan strategi recovery-nya. Secara garis besar, upaya dalam merancang strategi recovery dibagi menjadi tujuh pillar yang terintegrasi, yaitu 1) Evidence-based planning and management, 2) Supporting business recovery and resilience building, 3) Impact management, 4) Marketing and promotion, 5) Monitoring and measuring success, 6) Destination future-proofing, 7) Sense-checking recovery plan.

Tidak ada komentar: